Kamis, 22 Desember 2011

Konflik yang Tidak Disertai Kekerasan

   Suatu konflik adalah suatu pertentangan yang ada dalam suatu individu ataupun berhubungan dengan masyarakat lainnya. Konflik ini biasanya mengganggu kehidupan bermasyarakat baik dirinya sendiri, antar temannya, maupun lingkungan secara lebih luas atau global. Konflik ada yang bersenjata dan ada juga yang tidak menggunakan senjata, bahkan tanpa menggunakan satupun kekerasan fisik sama sekali. Konflik bersenjata serig mengancam integritas dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti kasus di Mesuji, Lampung atau kekisruhan perbatasan antara Malaysia dengan Indonesia. Lain daripada itu, konflik yang tidak bersenjata memang tidak terlalu berpengaruh terhadap integritas negara, tetapi akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku individu tersebut dalam beradaptasi dalam lingkungannya. Rasa shock dan trauma bisa saja terjadi pada individu yang tidak siap menghadapi konflik tersebut.
   Percaya atau tidak, konflik jika terus dipendam dalam diri sendiri tanpa ada bantuan berupa teman atau keluarga yang bisa diajak untuk mencurahkan isi hatinya akan berujung pada keputusasaan yang berlebihan terhadap kehidupan dan ada kecenderungan untuk mengakhiri hidupnya dengan segera. Walaupun hal tersebut bisa dihindari, manusia tetaplah hanya makhluk biasa yang memiliki rasa sabar yang terbatas (walaupun kesabaran tetap harus dijunjung tinggi untuk menyelesaikan konflik sebesar apapun).
   Masalah inilah yang saya tampilkan dalam bentuk sebuah cerita sederhana yang mungkin ada di sekitar kita, kecil tetapi perlu menjadi perhatian. Kisahnya sederhana, yaitu masalah kebersamaan antara orang tua dengan anaknya. Seoorang anak sebuah Sekolah Dasar (SD) memang membutuhkan kasih sayang dan perlindungan dari orang tua meskipun sudah mulai beradaptasi dari masa kecil balita yang penuh kemanjaan. Berbeda dengan kasus pada video ini. Konflik muncul ketika sang anak merasa kehilangan sosok yang biasanya sangat mencintainya, sedangkan di sisi lainnya, orang tua pun merasa sangat bersalah telah begitu saja meninggalkan anaknya begitu saja tanpa belaian kasih sayang. Di sini muncullah konflik yang tidak bersenjata dan bahkan tanpa kekerasan sekalipun, yaitu konflik batin. Di kedua belah pihak, sebenarnya tidak rela untuk mengambil keputusan untuk meninggalkan anaknya sendiri, tetapi di sisi lain ini dilakukan demi perkembangan pribadi anak tersebut. 
   Sebenarnya, sadar atau tidak, konflik batin ini sebenarnya memiliki penyelesaian yang simpel. Hanya dengan bicara dari hati ke hati dan bertemu tatap muka antara orang tua dengan anaknya saja bisa menyelesaikan masalah ini. Tetapi, keengganan untuk bermufakat sering menjadi halangan dalam menyelesaikan konflik ini. Jadi, tergantung oleh individu masing-masing apakah memilih untuk menyelesaikannya atau membiarkannya berlarut-larut. Kini tergantung bagaimana cara pandang masing-masing orang agar bisa menyelesaikan konflik dalam diri ini, asalkan tetap berpikir dalam keadaan positif dan tetap memandang jernih persoalan untuk menyelesaikan konflik tanpa harus berakhir fatal. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar